Senin, 20 Desember 2010

Tentang Sepakbola

Sepakbola. Dua kata yang digabung ini memang seolah menjadi kata yang lagi in saat ini. Apalagi kalau bukan gara-gara demam Piala AFF 2010. Mulai dari membaiknya prestasi timnas berkat disiplin keras dari Alfred Riedl sampai munculnya suporter dadakan gara-gara muncul wajah imut-imut dalam wujud Irfan Bachdim.
Respon yang keluar dari mulut masyarakat pun beraneka ragam dan rupawan. Ada yang bernada memuji, memaki, dan sinis.

Nada memuji:
“Aaaawwwww Irfan.....!!!!!” (suara suporter cewek)
“Hhmmm... pelatihnya Filipina boleh juga.” (suara suporter cewek juga)
“El Loco emang gila!!” (suporter cowok)
“Nice try Rahma! Berikutnya Rajagopal ya manis...” (mungkin suporter cowok)

Nada memaki:
“Turunkan Nurdin!” (tidak memandang jenis kelamin)
“Aku berlindung dari godaan Nurdin yang terkutuk” (suporter yang soleh)
“Tabok Nurdin” (acung dua jempol!)

Nada sinis:
“Sepakbola sekarang banyak suporter karbitan! Gara-gara tampang langsung datang ke stadion, Huh!” (kemungkinan suporter cowok, tampang biasa-biasa aja, agak kere, dan kagak kebagian tiket)

“Ah, timnas sekarang nggak murni, kebanyakan naturalisasi!” (suporter ngikutin zaman tapi tidak menjadi pembaca media yang baik)

“Maennya masih kurang bagus, masa menang skornya tipis banget.” (suporter sejati dengan harapan tinggi tapi sayang belum mengenal teknologi bernama cermin di rumah)


Contoh-contoh ujaran di atas mungkin hanya segelintir dari jutaan komentar yang keluar dari berbagai macam media atas prestasi timnas saat ini. Ada yang menjadi sangat nasionalis, tiba-tiba jadi jago membahas sepakbola, pahlawan kesiangan (baca: pengacara seceng-an), sampai nekat menyewa preman untuk menurunkan spanduk kritikan. Mau tidak mau, inilah potret sepakbola kita. Harusnya pada saat inilah kita sebagai sebuah bangsa dapat menjabat erat saudara kita. Masuk stadion bersama, membentuk koor dadakan bersama, menyanyikan “Indonesia Raya”, dan meneriakkan dukungan yang sama “ IN-DO-NE-SIA!!”


Untuk antrian tiket yang mengular, untuk VO2max pemain yang meningkat, untuk spanduk “Nurdin terkutuk”, dan untuk mereka yang masih rela menyematkan Garuda di dada. Saya ucapkan “Maju terus sepakbola Indonesia!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar