Senin, 19 Juli 2010

Mari kita berdewasa bersama

Maaf sebelumnya kalau tulisan ini sedikit ngaco. Tulisan ini saya buat karena saya agak tergelitik setelah membaca notes seseorang yang berjudul "Pers Dewasalah!". Isinya kurang lebih kritikan terbuka kepada pers yang dianggap terlalu membesar-besarkan pemberitaan tentang kasus Ariel-LunMay-CutTar.
Mereka (baca:pers) dianggap terlalu sering menampilkan kasus video ini menjadi headline di media mereka sehingga kasus-kasus penting lainnya seperti pengusutan Century, rekening gendut bapak polisi yang buncit, dan yang lainnya menjadi samar dan semakin tertutup oleh awan bernama "Kamu keluarin dimana?"

Hhmm, sebagai salah satu orang yang ikut mencari nafkah di dunia cari-mencari berita saya sedikit tidak setuju dengan banyaknya permintaan orang yang meminta pers untuk bersikap dewasa dalam memilih berita yang akan ditampilkan.

Terdengar aneh?
Menurut hemat saya pemilihan berita tentang kasus AP-LM-CT menjadi headline di beberapa media sangatlah wajar.
Semboyan bad news is a good news pasti sudah sering didengar dan akan selalu menjadi tameng orang-orang media akan kasus-kasus seperti ini.
Di satu sisi saya setuju bahwa pemberitaan kasus ini memang terlampau berlebihan, tapi di sisi lain saya tidak setuju dengan permintaan masyarakat yang ingin kami (baca:pers) menjadi dewasa. Tidak adil rasanya jika hanya pers yang diminta untuk menjadi dewasa.

Alasannya:
Sangat kecil kemungkinan sebuah media massa akan mengeluarkan informasi/berita yang tidak ada "pasar"-nya. Selama "pasar" itu masih ada maka para pemimpin redaksi media massa akan terus meminta anak buahnya untuk mengejar berita sekecil atau setidakpenting apa pun yang berkaitan dengan berita tersebut.
Siapa yang membuat berita tersebut mempunyai "pasar"?
Pembaca bukan??
Jadi, akan lebih bijak kalau pers dan masyarakat (pembaca berita) sama-sama menjadi dewasa dalam memilih dan membaca sebuah berita.
Sebuah berita yang tak memiliki pembaca tentunya akan hilang dengan begitu saja..
Semuanya kembali lagi ke masyarakat yang saya yakin masih memiliki tingkat intelektualitas yang cukup tinggi untuk sekedar memilah-milah berita yang layak untuk dirinya.
Jika mereka tidak suka sama beritanya ya tinggal matikan tv, berhenti langganan koran gosip, ganti laman yang di-bookmark atau tindakan-tindakan lainnya yang membuat sebuah berita tidak berkenan tersebut menjadi hilang tak berbekas.

Masalah sikap dewasa dalam pemilihan ini sebenarnya sudah pernah saya bahas bersama teman-teman dalam majalah free zine kami yang bernama NICH! Magazine edisi "Teror Televisi". Di sana kami membahas tuntas bahwa sebenarnya masyarakatlah yang mempunyai kuasa penuh akan berita-berita yang ditampilkan di media massa.

Jika Anda tidak suka ya matikan saja televisi Anda.

Mari kita sama-sama menjadi dewasa.

Cheers!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar